Bantaeng - Saso Bin Doali (45) warga Kampung Ra'ra Kelurahan Banyorang, Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki dua anak satu orang istri yang tinggal di Kolom Rumah Milik Kerabatnya berdinding kayu yang sudah lapuk dimakan usia.
Sehari-hari Saso hidup apa adanya dengan istri dan buah hati yang tercinta menjalani hidup. Ternyata program Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng dalam menanggulangi kemiskinan, seperti Rehap Rumah Layak Huni (RRLH), Bantuan Beras Raskin, dan bantuan kemiskinan yang lainnya tidak mereka rasakan.Selama berpuluh-puluh tahun ini Saso tinggal di Kabupaten Bantaeng belum pernah mengecam sedikit pun program tersebut.
Saso saat berbincang dengan Tim JKMM, Jumat (02/03/2018) mengatakan, selama puluhan tahun ini kami tinggal di Kelurahan Banyorang dalam keadaan seperti ini, untuk makan saja sehari semalam sangat sulit kami peroleh, keseharian saya hanya menjual ikan dengan modal pinjaman dari orang lain demi memenuhi kebutuhan keluarga kami. Kami sangat berharap Pemerintah membantu kami untuk bamgkit dari kemiskinan dengan membantu kami sedikit modal untuk menjual ikan dipasar Banyorang, agar kami bisa memenuhi kebutuhan keluarga kami.
"Rumah yang saya tempati ini bukanlah rumah saya, melainkan rumah milik salah satu kerabat saya. Saya dan keluarga hanya menumpang di rumah ini, dan belum memiliki tempat tinggal tetap," ucapnya lirih.
Saso yang keseharian bekerja sebagai Penjual Ikan di Pasar Banyorang pasir , berpenghasilan hanya maksimal Rp200 ribu Per satu kali Pasar. "Itupun kalau ada rezeki kadang lebih, uang sebanyak itu mau dibawa kemana, buat kebutuhan hidup pak," ujar Saso dengan nada sedih dan mata berbinar.
Sementara ungkapan kesedihan pun di ucapkan oleh warga Desa Tombolo daeng Isa, istri dari daeng Sakkari yang sudah berpuluh tahun hidup menderita didalam hutan. Daeng Isa berharap Pemerintah bisa membantu meringankan beban hidupnya yang mana selama ini terkadang untuk mau dimakan saja tidak ada sama sekali, karena dirinya tidak punya harta dan kesehariannya hanya menggarap tanah milik orang lain, dan tentunya hanya mendapatkan hasil sekali 3 Bulan. Itupun jauh tidak cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya. "Sungguh malang nasibku yang hidup dalam kemiskinan, terkadang untuk mau dimakan saja bersama keluarga tidak ada, jadinya kami hanya mengandalkan pisang mentah, atau ubi kayu yang ada disekitar rumah kami masak untuk menyambung hidup kami bersama keluarga", ungkap Daeng Isa di depan Tim JKMM
Belum ada tanggapan untuk "Rintihan Hati Warga Miskin Di Depan Tim JKMM"
Post a Comment